A Living Narrative

https://pixabay.com/photos/death-darkness-dark-hood-hooded-164761/

Di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, ada sebuah kos-kosan yang terlihat sama seperti yang lainnya. Namun, di salah satu kamarnya, terdapat seorang mahasiswa yang hidupnya tidak seperti mahasiswa pada umumnya. Aku, itulah namaku. Seorang penulis cerita horor pemula yang mencari inspirasi dari kesendirian.

Kos-kosanku adalah dunia yang terisolasi, sebuah pulau di tengah lautan manusia. Aku tidak pernah benar-benar merasa bagian dari keramaian itu. Aku lebih memilih keheningan malam daripada percakapan kosong dengan tetangga. Namun, keheningan itu sendiri mulai berbicara denganku.

Setiap malam, ketika aku duduk di depan laptop, kata-kata mengalir seperti sungai. Cerita-cerita yang kutulis di blog pribadiku adalah teman-temanku, mereka adalah penghuni sejati kamar ini. Namun, ada sesuatu yang aneh. Cerita-cerita itu mulai menulis diri mereka sendiri. Plot yang tidak pernah kurencanakan, karakter yang tidak pernah kuciptakan, dan akhir cerita yang tidak pernah kubayangkan.

Aku mulai merasakan kehadiran mereka, para karakter dari ceritaku. Mereka berbisik, bergerak di balik dinding-dinding kamar kosku. Aku mencoba mengabaikan mereka, menganggapnya hanya lelah pikiran. Namun, semakin aku menghindar, semakin kuat bisikan itu.

Suatu malam, aku terbangun dari tidurku, laptopku masih menyala, sebuah cerita baru telah selesai ditulis. Aku tidak ingat mengetiknya. Aku membaca, jantungku berdegup kencang. Ceritanya tentang seorang mahasiswa yang tinggal di kos-kosan, yang perlahan kehilangan akal sehatnya karena terlalu lama menyendiri.

Aku menutup laptopku, mencoba bernapas lega. Namun, di sudut mataku, aku melihat sesuatu bergerak. Bukan bayangan hitam yang monoton, tapi sesuatu yang lebih nyata, lebih menakutkan. Refleksi diriku di cermin, tapi dengan senyuman yang tidak pernah kulakukan.

Ketukan di pintu kamarku memecah kesunyian. Tidak ada yang seharusnya mengetuk pintu pada jam ini. Aku tidak pernah menerima tamu. Ketukan itu berubah menjadi pukulan, keras dan tergesa-gesa. Aku berdiri, terpaku, tahu bahwa apa pun di balik pintu itu bukanlah tetangga yang ingin bersosialisasi.

Cerita horor yang kutulis mungkin telah menjadi kenyataan, atau mungkin aku telah menjadi bagian dari cerita horor itu sendiri. Di kota yang penuh dengan kehidupan, aku menemukan diriku terperangkap dalam narasi yang lebih gelap, sebuah cerita psikologis yang mungkin tidak akan pernah bisa kutulis ulang.

Randomize People