Adaptasi

Di bawah langit malam yang gelap, hening menyelimuti ruangan tidurku. Meskipun mataku terpejam rapat, aku bisa merasakan kehadiran sesuatu di sudut ruangan. Setiap malam, rasa takut yang tak terucap menyergap diriku, mempermainkan pikiranku dan membuat tidur menjadi sesuatu yang sulit dijangkau.

Aku berbaring di atas tempat tidur, tubuhku tertutup selimut tebal, tetapi rasa dingin yang menusuk tulang masih saja merayap di sepanjang kulitku. Seolah-olah, seseorang atau sesuatu berada di sana, di sudut ruangan yang gelap, mengawasiku dengan penuh perhatian.

Setiap kali aku menutup mata, bayangan itu semakin nyata. Rasanya seolah-olah ada seseorang yang menatapku dengan mata yang tak terlihat, mengikuti setiap gerakanku. Dan ketika akhirnya aku berhasil membenamkan diri dalam tidur, mimpi-mimpi buruk menghantuiku.

Pernah suatu malam, ketika aku hampir saja terlelap, aku merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhku terasa kaku, tidak bisa bergerak, tetapi aku masih bisa merasakan kehadiran sesuatu di sampingku. Begitu aku membuka mata, kegelapan menyambutku, namun aku tahu, sesuatu ada di sana, di sampingku, mengintai.

Mimpi burukku semakin menjadi-jadi. Aku terbangun dengan napas tersengal-sengal, detak jantung berdegup kencang, dan rasa takut yang menggelayut di seluruh tubuhku. Aku ingin berteriak, tetapi suaraku tercekat di tenggorokanku.

Sejak malam itu, aku tak lagi bisa tidur dengan tenang. Bayangan yang mengintai dari balik kegelapan selalu menghantuiku, mengikuti setiap langkahku, bahkan ketika aku berusaha memejamkan mata. Aku tak pernah merasa sendirian lagi. Sesuatu selalu ada di sana, menunggu, mengawasiku, dan siap menyusulku ke dalam kegelapan fantasiku. "Dasar, sexdoll sialan!"