Lemari Tua
Aku seorang mahasiswa yang tinggal sendirian di sebuah kosan tua.
Sejak pertama kali aku pindah, ada sesuatu yang membuatku gelisah: lemari
besar kayu di kamar tidurku. Lemari itu tinggi, kokoh, dan terlihat antik. Aku
membelinya dari pasar barang bekas karena harganya murah dan terlihat cukup
bagus.
Awalnya, semuanya baik-baik saja. Lemari itu berguna untuk menyimpan pakaian
dan barang-barangku. Tapi, lama-kelamaan, aku mulai merasa ada yang aneh.
Setiap malam, setelah aku mematikan lampu dan berbaring di tempat tidur, aku
merasa ada yang mengawasiku. Aku sering terbangun di tengah malam dengan
perasaan gelisah yang tak bisa dijelaskan.
Hobi menulis diary selalu membantuku melepas kegelisahan. Menulis tentang
hari-hariku, pikiran, dan ketakutanku selalu memberikan sedikit ketenangan.
Namun, tidak ada yang bisa menghilangkan rasa takut yang muncul setiap kali
aku menatap lemari itu.
Suatu malam, aku mendengar suara samar-samar dari arah lemari. Suara seperti
desisan halus, diiringi dengan bunyi gesekan lembut. Aku bangkit dan
menyalakan lampu. Tidak ada apa-apa. Mungkin hanya tikus, pikirku.
Tapi suara itu semakin sering terdengar. Setiap malam, di jam yang sama, aku
bisa mendengar desisan dan gesekan itu. Puncaknya, aku melihat sesuatu yang
membuatku hampir kehilangan akal. Suatu malam, aku terbangun dan melihat
bayangan di atas lemari. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa itu hanya
bayangan biasa, mungkin dari benda yang terkena sinar bulan. Namun, bayangan
itu bergerak.
Aku mencoba mengabaikan ketakutan ini. Tapi semakin aku mencoba, semakin nyata
perasaan itu. Hingga pada suatu malam, aku memberanikan diri untuk memeriksa
apa yang ada di atas lemari. Aku menyeret kursi ke samping lemari, berdiri di
atasnya, dan perlahan-lahan mengintip ke atas.
Di sana, aku melihat sebuah kotak kecil, tua dan berdebu. Aku mengambilnya dan
membawanya ke tempat tidur. Dengan hati-hati, aku membuka kotak itu. Di
dalamnya, aku menemukan beberapa foto lama dan sebuah buku harian. Foto-foto
itu memperlihatkan seorang anak kecil dan keluarganya. Anak kecil itu tampak
bahagia di sebagian besar foto, kecuali satu foto yang membuat bulu kudukku
meremang. Di foto itu, anak kecil tersebut berdiri di depan lemari yang sama
dengan yang ada di kamarku, dengan ekspresi wajah ketakutan.
Aku membuka buku harian itu dan mulai membaca. Tulisannya milik seorang ibu
yang mengisahkan tentang anaknya yang sering bermimpi buruk dan mengeluh
tentang "sesuatu" di atas lemari. Anak itu selalu ketakutan setiap malam,
merasa ada yang mengawasi dan mencoba mencapainya dari atas lemari.
Aku menutup buku harian itu dengan gemetar. Tiba-tiba, aku merasakan hawa
dingin dan mendengar desisan itu lagi. Aku menoleh ke arah lemari, dan untuk
pertama kalinya, aku melihatnya. Bayangan gelap itu menatapku dari atas
lemari, matanya merah menyala dan senyumnya lebar, menyeramkan.
Aku terdiam sejenak sebelum bayangan itu perlahan-lahan berubah menjadi wujud
yang lebih jelas. Aku melihat diriku sendiri, tetapi dalam versi yang lebih
tua dan terlihat lelah. Dia tersenyum dan berkata, "Sudah saatnya kau tahu."
Aku teringat hobi lamaku menulis diary sejak kecil, dan tiba-tiba semuanya
terasa masuk akal. Aku meraih salah satu foto dan menyadari sesuatu yang
mengerikan: anak kecil dalam foto itu adalah aku, Buku harian itu
milikku, tapi dari masa lalu.
Lemari itu adalah media yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Aku
adalah bayangan yang mengawasiku sendiri, mencoba memperingatkan tentang
bahaya yang akan datang. Setiap desisan dan gesekan yang aku dengar adalah
upaya dari diriku di masa depan untuk berkomunikasi.
Bayangan itu berbisik, "Kau tidak bisa lari" Seketika, aku merasa
ditarik ke dalam kegelapan, dan bayangan itu mengambil alih tempatku di dunia
nyata.
Sekarang, aku terperangkap di dalam lemari, mengawasi diriku yang lain dari
kegelapan. Setiap malam, aku mendesis dan menggesek, mencoba memperingatkan
diriku yang tak pernah tahu apa yang sebenarnya menunggunya.
Gabung dalam percakapan
Gunakan fitur komentar dengan bijak ya...